properti dari tari sintren


     
         Baju keseharian, yang dipakai sebelum pertunjukan kesenian sintren berlangsung.
Baju golek, adalah baju tanpa lengan yang biasa dipergunakan dalam tari golek.
Kain atau jarit, model busana wanita Jawa.
Celana Cinde, yaitu celana tiga perempat yang panjangnya hanya sampai lutut.
Sabuk, yaitu berupa sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai untuk mengikat sampur.
Sampur, berjumlah sehelai/selembar dililitkan di pinggang dan diletakkan di samping kiri dan kanan kemudian diutup sabuk atau diletakkan didepan.
Jamang, adalah hiasan yang dipakai dikepala dengan untaian bunga melati di samping kanan dan kiri telinga sebagai koncer.
Kaos kaki hitam dan putih, seperti ciri khas kesenian tradisional lain khususnya di Jateng.
Kacamata Hitam, berfungsi sebagai penutup mata karena selama menari, sintren selalu memejamkan mata akibat kerasukan "trance", juga sebagai ciri khas kesenian sintren dan menambah daya tarik/mempercantik penampilan.
       Untuk menarikan Tari Sintren menggunakan baju golek, yaitu baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain jarit dan celana cinde. Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu hiasan untaian bunga melati di samping kanan dan koncer di bagian kiri telinga. Aksesoris yang di gunakan biasanya adalah sabuk, sampur, dan kaos kaki hitam/putih. Selain itu yang juga sebagai ciri khas dari penari Sintren adalah kaca mata hitam yang berfungsi sebagi penutup mata. Karena penari Sintren selalu memejamkan mata saat keadaan trance atau kesurupan, selain itu juga sebagai mempercantik penampilan.
Alat-alat yang digunakan dalam kesenian tari sintren yaitu:
Bambu besar (Bumbung)
Gong
kendang
Pembahasan
Kesenian sintren adalah sebuah kesenian tradisional Jawa bagian pesisir utara berupa tarian dengan tema mistis dengan melibatkan kemenyan serta benda-bendamistis lainnya.
Tahapan pertunjukan kesenian tari sintren, sebagai berikut:
Tahap pertama yaitu pewang meletakkan kedua tangan penari di atas dupa. Kemudian si penari diikat dengan tali diseluruh tubuhnya.
Tahap kedua yaitu si penari masuk kedalam kurungan ayam. Di dalam kurungan tersebut si penari meulai berdandan. Lalu kurungan ayam ditutup kembali.
Tahap ketiga yaitu meuncul tanda-tanda bahwa si penari telah melepaskan ikatan dari pawang dan melakukan tarian.
Busana pada kesenian tari sintren yaitu:
Baju golek yaitu baju yang tidak memiliki lengan.
Baju jarit yaitu baju wanita Jawa.
Celana cinde yaitu celana yang memiliki panjang hingga lutut.
Sabuk atau ikat pinggang.
Jamang yaitu aksesoris yang dipakai di kepala si penari.
Kaos kaki hitam dan kaos kaki putih.
Kacamata hitam.
Busana Sintren
Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) sekarang ini menggunakan busana golek. Busana kebaya ini lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di desa-desa sebagai busana keseharian. Adapun macam-macam busana yang lain sebagai pelengkap busana penari sintren dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Baju keseharian, yang dipakai sebelum pertunjukan kesenian sintren berlangsung.
2. Baju golek, adalah baju tanpa lengan yang biasa dipergunakan dalam tari golek.
3. Kain atau jarit, model busana wanita Jawa.
4. Celana Cinde, yaitu celana tiga perempat yang panjangnya hanya sampai lutut.
5. Sabuk, yaitu berupa sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai untuk mengikat sampur.
6. Sampur, berjumlah sehelai/selembar dililitkan di pinggang dan diletakkan di samping kiri dan kanan kemudian diutup sabuk atau diletakkan didepan.
7. Jamang, adalah hiasan yang dipakai dikepala dengan untaian bunga melati di samping kanan dan kiri telinga sebagai koncer.
8. Kaos kaki hitam dan putih, seperti ciri khas kesenian tradisional lain khususnya di Jateng.
9. Kacamata Hitam, berfungsi sebagai penutup mata karena selama menari, sintren selalu memejamkan mata akibat kerasukan “trance”, juga sebagai ciri khas kesenian sintren dan menambah daya tarik/mempercantik penampilan.

Alat Musik dan Tembang Pengiring
Pada awal munculnya kesenian sintren, alat musik yang digunakan untuk mengiringi adalah alat musik tetekan sebagai ritme dan melodi, bumbung besar (bambu dipotong) sebagai gong dan kendang. Setelah alat musik gamelan membudaya di kalangan masyarakat, kesenian sintren tidak lagi menggunakan alat musik tetekan dan bumbung besar melainkan menggunakan instrumen gamelan khas laras slendro.

Jenis tembang yang biasanya digunakan mengiringi kesenian sintren adalah :
a). tembang sulasih sulandono laras slendro pathet manyuro;
b). tembang turun-turun sintren, laras slendro pathet manyuro ;
c). tembang pitik walik, laras slendro pathet manyuro;
d). tembang kembang laos, laras slendro pathet manyuro.

Menurut fungsinya tembang pengiring sintren digolongkan menjadi 5 (lima) bagian, yaitu :

1. Iringan proses pembentukan sintren. Tembang turun sintren digunakan sebagai doa pembuka agar roh Sulasih masuk ke dalam raga calon penari sintren. Saat tembang dilantunkan maka penari sintren akan ganti pakaian dari pakaian biasa dengan pakaian sintren dalam keadaan badan terikat tali dan dalam kurungan.

2. Iringan penyajian hiburan. Tembang dolanan khas sintren dan tembang yang sesuai keadaan saat ini misalnya lagu-lagu campursari.

3. Iringan permohonan dan puji rahayu (pengruwatan). Lagu kembang orok-orok atau kembang lombok untuk permohonan sintren ganti busana misalnya dari pakaian kebaya menjadi rok. Tembang kawula gusti, untuk permohonan maaf kepada sintren yang pingsan karena marah atau tidak berkenan hatinya. Tembang kembang mawar, dilantunkan untuk mengiringi permintaan temohan kepada penonton.

4. Iringan penyajian akrobat. Tembang dayung untuk atraksi permainan piring dan lilin. Tembang ayam walik untuk permainan naik diatas kurungan. Tembang hertu gelang untuk permainan duduk diatas pucuk keris.

5. Iringan Penutup. Tembang turun sintren, untuk pertanda bahwa permainan sintren akan usai. Tembang piring kedawung, untuk melepas roh Dewi Sulasih dan sintren berganti busana keseharian.

Seniman sintren
Terdiri dari 1 orang pawang boleh laki-laki atau perempuan, penari sintren 1 orang seorang remaja putri yang masih gadis (lajang), dayang cantik biasanya berjumlah 4 orang seniwati dan maksimal 10 orang, dan pengiring musik / tembang terdiri dari 3 orang seniwati sebagai penggerong (vokalis) dan 1 group pengrawit (penabuh gamelan) yang biasanya berjumlah lebih kurang 10 orang.

Fungsi Kesenian Sintren
1. Sebagai sarana hiburan masyarakat.
2. Apresiasi seni dan nilai-nilai estetik masyarakat.
3. Digunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti : bersih desa, sedekah laut, upacara tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan.
4. Untuk memeriahkan peringatan hari-hari besar, seperti hari ulang tahun kemerdekaan, hari jadi.

Komentar

Postingan Populer