Flashmob Tari Sintren

Flashmob Tari Sintren untuk Memperingati


 HUT ke-650 Kota Cirebon
Flash Mob Tari Sintren Meriahkan HUT ke-650 Kota Cirebon  dilaksanakan pada hari  Minggu, 01 September 2019   Erika Lia salah satu dari ratusan penari cilik sintren bersama sejumlah pejabat dan tokoh Kota Cirebon melakukan flash mob tari sintren di depan Balai Kota Cirebon dalam puncak HUT Ke-650 Kota Cirebon, Minggu (1/9/2019). (Erika Lia/Ayocirebon.com) KEJAKSAN, AYOCIREBON.COM--Ratusan penari sintren cilik menari bersama di depan Balai Kota Cirebon, Minggu (1/9/2019). Kali ini, sintren yang ditampilkan non-mistis seperti selama ini kesenian tradisional itu dikenal.  Karena bukan untuk ritual melainkan untuk acara festival memperingati HUT ke-650 Kota Cirebon. Para penari sintren cilik dari Yayasan Belantara Budaya itu memeriahkan HUT Ke-650 Kota Cirebon yang jatuh setiap Tahun Baru Islam 1 Hijriyah. Tak hanya mereka lho yang menari, sejumlah pejabat dan tokoh Kota Cirebon, seperti Wali Kota Cirebon, Nashrudin Azis, Wakil Wali Kota Cirebon, Eti Herawati, Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, Patih Keraton Kanoman Cirebon, Pangeran Raja Moch Qodiran, pun turut serta. Bersama mereka, masyarakat yang menyaksikan tarian itu pun ikut bergoyang seirama. AYO BACA : Uu Terkesan Cirebon, Dipertimbangkan Jadi Ikon Pariwisata Jabar Meski berpenampilan layaknya penari sintren dengan selendang menjuntai di bahu dan kacamata hitam, pertunjukan kali ini tak seperti sintren biasanya. Tak ada saweran uang ke arah penari yang kemudian akan membuatnya tak sadarkan diri sementara waktu. Tak ada pula bau dupa yang lazim menguar di udara kala sintren dihelat. Selama sekitar 15 menit flash mob tari sintren dipertontonkan, sebelum kemudian dilanjutkan penampilan penyanyi tarling Cirebon, Diana Sastra. Menyanyikan lagu berjudul Kota Cirebon, wanita berpenampilan nyentrik itu menghibur khalayak. Ketua pelaksana Hari Jadi Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengungkapkan, flash mob tari sintren menjadi bagian dari rangkaian utama HUT Ke-650 Kota Cirebon. \"Mereka menari tentang hari jadi di sepanjang Jalan Siliwangi ini,\" ujarnya. AYO BACA : HUT ke-650 Kota Cirebon, Warga Kecele Festival Empal Gentong Pihaknya menargetkan penari pada flash mob tari sintren ini mencapai 200 orang. Menurutnya, siapa saja dibebaskan ikut ambil bagian. Sintren menjadi atensi pihaknya untuk ditampilkan dalam rangkaian HUT setelah mempertimbangkannya sebagai salah satu kesenian khas Cirebon yang banyak disaksikan publik dari luar Cirebon. Selama ini, sintren lebih banyak dipertunjukkan di even-even tertentu. Lain halnya dengan tari topeng Cirebon yang kerap ditampilkan sebagai pembuka pada hampir semua kegiatan. \"Makanya kami tampilkan seperti ini. Apalagi yang menari kebanyakan anak-anak, lebih seru dan lucu jadinya,\" ungkap Agus yang menjabat Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Cirebon ini. Selain flash mob tari sintren, digelar pula karnaval kostum Cirebon yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik instansi pemerintah hingga komunitaa tradisional maupun modern. Dalam karnaval ini, diparadekan aneka kreasi kostum ke tengah khalayak banyak. Peserta dibebaskan menampilkan kreasi masing-masing.

DI ZAMAN modern saat ini, eksistensi kesenian tradisional secara perlahan mulai memudar di masyarakat. Mereka hanya memandang kesenian tradisional sebagai sarana penghibur semata, tanpa mencari tahu makna yang tersimpan di dalamnya.
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki banyak kesenian tardisional adalah Kota Cirebon. Bahkan, beberapa di antaranya sudah tersohor hingga ke luar negeri, seperti tari topeng dan juga sintren.
Dari banyaknya kesenian tradisional di Cirebon, yang paling ikonik dan berbeda, ialah kesenian sintren. Kesenian ini dianggap oleh sebagian masyarakat awam, memiliki unsur mistis yang begitu kuat.
Elemen-elemen yang ada dalam kesenian sintren, seperti kacamata hitam, menyan yang dibakar, hingga seorang penari wanita yang diyakini kemasukan sosok roh 'bidadari'.

Atraksi itu kian membuat masyarakat semakin percaya, kalau kesenian ini penuh dengan hal mistis. Elemen-elemen yang ada pada kesenian sintren sendiri antara lain, pemain yang menjadi penari sintren, kurungan, kemenyan, sesaji, tali dan doa.
Sejarah dan Perkembangan Sintren
Okezone coba merangkum dari berbagai sumber mengenai asal muasal nama sintren. Sintren mulanya berasal dari dua suku kata, yakni kata sindir dan tetaren. Dua kata tersebut memiliki arti, menyindir menggunakan syair-syair sajak.
Awalnya, kegitan ini merupakan aktivitas pemuda, yang saling bercerita dan memberikan semangat satu sama lain, khususnya, setelah kekalahan besar pada perang besar Cirebon yang berakhir sekitar tahun 1818 lampau.
Ada juga yang menyebut, kalau kata sintren berasal dari dua kata si dan tren, yang artinya adalah 'ia putri', maknanya sebenarnya yaitu, yang menari bukan lah si penari sintren, tapi roh seorang putri. Dalam versi ini, sintren sendiri mengisahkan, soal kisah percintaan Ki Joko Bahu dengan Rantamsari, yang tidak disetujui oleh Sultan Agung, sang Raja Mataram.

Kemudian karena tak diberi restu, akhirnya Ki Joko Bahu dan Rantamsari dipisahkan. Saat hendak dipisahkan, tersiar kabar jika Ki Joko Bahu meninggal dunia. Akan tetapi, Rantamsari tetap mencari kekasihnya dengan menyamar sebagai penari sintren, karena merasa tidak percaya.
Sejarah kesenian sintren sendiri menurut Bambang masih menjadi misteri, karena jika berbicara tentang sejarah, maka setidaknya harus ada sesuatu yang membuktikannya, baik itu berupa catatan atau sekadar benda peninggalan.
"Sintren berjalan begitu saja. Awalnya hanya sebagai sarana hiburan bagi masyarakat nelayan yang ada di pesisir Subang hingga Jepara," ujar budayawan asal Cirebon, Bambang Irianto saat berbincang dengan Okezone, Jumat, 22 Maret 2019.

Senada yang disampaikan Bambang, sejarawan dan budayawan Cirebon, Opan Safari mengatakan, sejarah sintren hingga saat ini masih simpang siur. Dia sendiri hanya membagi sintren dalam beberapa fase, ditinjau dari perkembangannya sejak dulu hingga sekarang.
Fase pertama yaitu sintren dimaknai sebagai media dakwah pada masa Sunan Gunung Jati, kemudian fase kedua, sintren dimaknai sebagai alat perjuangan ketika masa penjajahan Belanda dan yang ketiga, sintren sendiri dimaknai sebagai hiburan pada masa sekarang.
"Sintren itu banyak ajaran filosofi. Setiap zaman sintren dimaknai berbeda-beda, karena sintren itu memang dinamis, " kata Opan.
Artikel ini sudah Terbit di AyoCirebon.com, dengan Judul Flash Mob Tari Sintren Meriahkan HUT ke-650 Kota Cirebon, pada URL https://www.ayocirebon.com/read/2019/09/01/3204/flash-mob-tari-sintren-meriahkan-hut-ke-650-kota-cirebon

Tulisan di atas tersebut merupakan berita mengenai eksistensi tari sintren dari daerah asalnya yaitu di Kota Cirebon, Jawa Barat. Artikel diatas diambil dari sumber berita rakyat Cirebon yang diterbitkan pada tanggal 01 September 2019 silam yang merupakan hari kebesaran Kota Cirebon atau merupakan Hari Jadi Kota Cirebon yang ke-650. Pemerintah Daerah Kota Cirebon sengaja menuangkan ide utuk melakukan flashmob tarian sintren yang merupakan tarian kebanggaan yang berkemvang di daerah Cirebon dengan melibatkan ratusan penari sintren yang terdiri dari berbagai sanggar dan pelajar perempuan yang terdapat di wilayah Cirebon.

Komentar

Postingan Populer