Mengundang Bidadari dan Menari Bersama Sintren

Mengundang Bidadari Turun dan Menari Bersama Sintren


 Minggu, 25 Mar 2018 16:00

Yuk, berkenalan dengan Tari Sintren. Tari yang bermula dari kisah pada masa Kesultanan Mataram ini memiliki nuansa magis nan mistis di dalamnya.
Inibaru.id – Turun turun sintren/Sintrene widadari/Nemu kembang yun ayunan/Nemu kembang yun ayunan/Kembange putri mahendra/Widadari temurunan..turun turun sintren sintrene widadari nemu kembang yun ayunan nemu kembang yun ayunan kembange putri mahendra widadari temurunan (Lagu "Turun Sintren")
Lagu tersebut merupakan lagu yang memiliki arti “ turun sintren,sintrennya bidadari nemu bunga berayun-ayun,nemu bunga berayun ayun,bunganya putri Mahendra,bidadari turun temurun”.
Lirik tersebut Memiliki makna,yaitu Makna Lirik pada Pertunjukan Seni Sintren yaitu Turun-turun Sintren dan Kembang Kilaras. Penelitian ini berfokus pada analisis semiotika, yang bersifat kualitatif, dengan memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data peneliti menggunakan semiotika yang dibuat oleh Roland Barthes. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti lirik tembang Turun-turun Sintren dan Kembang Kilaras yang dilihat dari arti denotatif dan konotatif yang akhirnya menjadi sebuah mitos, yang dalam hal ini juga merupakan fokus utama penelitian ini. Dimana dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil tentang makna dibalik tembang-tembang Sintren tersebut yaitu, selain tembang-tembang tersebut menceritakan tahapan-tahapan apa saja yang akan dilalui Sintren, Tembang Turun-trurun Sintren mempunyai makna sebagai sebuah keihlasan dan ketulusan kepada Yang Maha Kuasa atas pertolongan yang telah diberikan-Nya dan sebuah rasa terimakasih kepada Tuhannya atas terjaganya keseimbangan bumi, sehingga sejahternya bumi dan langit. Sedangkan dalam tembang kedua yang berjudul Kembang Kilaras peneliti menemukan makna mengenai sebuah kepergian atau bahkan kematian, dalam beberapa penggalan terdapat penegasan tentang manusia yang seharusnya bisa membawa kebaikan dan manfaat kepada orang lain sebelum dia meninggalkan dunia ini untuk kemudian menitis kembali dan berainkarnasi menjadi orang yang lebih baik lagi.
Ada satu tarian klasik yang melegenda di Jawa Tengah dan Jawa Barat dan terkenal karena memiliki unsur magis dan mistis di dalamnya. Namanya adalah Tari Sintren. Tarian ini memiliki ritual khusus untuk memanggil roh, Millens. Penasaran apa tarian tersebut? Yuk kita simak.
Walaupun berasal dari Jawa Tengah, namun Tari Sintren ini juga berkembang dan tersebar di pesisir utara pantai Jawa Barat, seperti Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Penyebaran ini didukung oleh eksistensi tarian yang memang berkembang di daerah pesisir, mulai dari Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.
Millens perlu tahu nih, bahwa penari sintren ini merupakan perwujudan Sulasih, seorang perempuan yang diperintahkan menjadi penari jika ingin bertemu dengan pujaan hatinya, Sulandono. Perintah itu muncul karena percintaan mereka tidak direstui oleh ayah Sulandono, bupati bawahan Kesultanan Mataram yang bernama Joko Bahu atau lebih dikenal sebagai Bahurekso.
Mengutip negerikuindonesia.com, pementasan Tari Sintren diawali dengan dupan, yaitu ritual berdoa untuk memohon perlindungan Tuhan dari bahaya yang mungkil muncul selama pertunjukan.
Mula-mula, sang pawang akan melakukan paripurna, yakni menyiapkan satu orang yang akan dijadikan sebagai sintren. Sintren ini ditemani oleh empat dayang yang juga diperankan oleh para penari.
Nah, ada yang istimewa, nih. Penari sintren ini diharuskan masih gadis, lo. Ini dikarenakan tarian perlu dilakukan dalam keadaan suci. Nggak hanya itu, para penari pun diwajibkan berpuasa agar tingkah laku dan diri mereka terjaga dari dosa dan zina. Dengan begitu, roh dapat memasuki tubuh penari dengan mudah.
Sebagai permulaan, calon sintren ini memakai pakaian biasa. Mantra pun dibacakan dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan yang dibakar. Penari itu lalu diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam sangkar ayam bersama dengan busana dan perlengkapan rias.
Nggak lama, kurungan tersebut akan bergetar dan terbuka. Ajaibnya, penari di dalamnya sudah berganti penampilan. Busana yang dipakai berupa baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Baju ini dipadukan dengan kain jarit atau celana cinde. Penari juga memakai jamang, yaitu untaian bunga melati.
Yang menarik, penari ini mengenakan kacamata hitam, lo. Kacamata ini digunakan karena penari selalu memejamkan mata saat dimasuki oleh roh atau dewa.
Setelah siap, penari Sintren pun akan menari dengan indah. Sesekali, penonton akan melempar uang balangan ke arah penari Sintren. Jika terkena lemparan, penari tersebut akan pingsan, dan pawang perlu membacakan mantra dan mengusap wajahnya agar dia dapat melanjutkan tariannya. Untuk itulah, pawang terus menyebarkan asap kemenyan agar penari tetap fokus.
Nah, pada sebagian pertunjukkan, tarian ini akan ditutup dengan tahap temohan. Ini merupakan tahap saat para penari yang membawa nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih berupa uang seikhlasnya.
Tarian ini biasa dibawakan atau dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti pada saat festival,hajatan,acara upacara adat di daerah sekitar,dan hiburan daerah sekitar. Sintren ini memiliki pengaruh yang positif bagi masyarakat karena bisa menyalurkan dan mengembangkan hobi anak-anak lingkungan sekitar dalam menari sekaligus mempromosikan dan melestarikan budaya daerah yang sudah tergerus oleh zaman. Tari ini juga sangat berpengaruh bagi masyarakat,dahulu kala tari ini juga bisa dijadikan sebgai media dakwah dalam penyebaran Islam,konon katanya pertunjukkan ini memiliki kekuatan magis sehingga menarik minat penonton untuk menyaksikan pertunjukkan tersebut sehingga ketika para penonton tertarik dengan pertunjukkan atau pementasan tari sintren tersebut sehingga lebih mudah bagi para mubaligh untuk menyebarkan dan mendakwahkan ajaran Islam lewat kesenian ini meskipun tak sepopuler dakwah melalui pertunjukkan wayang golek,wayang kulit,dan sejenisnya namun penggunaan sintren sebagai media dakwah juga sangat berpengaruh bagi perkembangan Islam yang dapat kita lihat sampai sekarang,berkat keunikan tarian tersebut kita bisa langsung tertarik dan menonton pertunjukkan tersebut.
Sintren tidak hanya memiliki makna seni tari saja akan tetapi jika ditelususri lebih dalam lagi akan kita temukan lebih banyak lagi makna-makna yang tersirat dan terdapat dalam pertunjukkan tari sintren ini,salah satu makna atau nilai yang tersirat dalam tari sintren ini adalah nilai magis,spiritual,nilai cinta,dan nilai sebuah pengorbanan atas cinta suci yang tidak dapat dipersatukan akibat pertentangan atau akibat terhalang restu kedua orangtua karena adanya perbedaan kasta antara Sulasih dan Raden Sulandono yang merupakan raden dari keluarga ningrat yang jatuh cinta kepada gadis desa biasa yang bernama Sulasih. Sulasih yang notabene hanya seorang gadis biasa yang berasal dari rakyat jelata yang saling memadu kasih dengan Raden Sulandono yang sama-sama jatuh hati kepadanya harus memutuskan hubungan mereka hingga kandas akibat terhalang restu dari sang keluarga atau oraangtua pihak Raden Sulandono yang merupakan seorang putra dari keturunann ningnrat dan terpandang yang dianggap tidak selaras jika beranding dengan wanita biasa yang berasal dari keluarga rakyat jelata
Tari Sintren ini dilakukan dengan iringan lagu Jawa dan alat musik tradisional seperti gending. Mengutip liputan6.com (23/8/2016), ada alat iringan musik lain yang terbuat dari tembikar dan kipas bambu yang akan memunculkan suara khas ketika ditabuh.

Komentar

Postingan Populer