KONSEP KESENIAN SINTREN

KONSEP KESENIAN SINTREN







Hallo teman-teman kali ini saya akan menguraikan tentang Konsep kesenian sintren , naaah teman-teman mari kita liat dan jangan lupa ya untuk melihat blog saya yang lainnya….Mari kita lihat teman-teman…..

Penjelasan tentang konsep kesenian sintren dan model
pemikiran Bakker tersebut pada bab sebelumnya masih bersifat ‘terpisah’ dan belum ada titik temu satu sama lain, sehingga analisis ini bertujuan untuk menemukan sisi metaisika dalam konsep
kesenian sintren. Persoalan kuantitas pada pembahasan realitas yang perlu diperhatikan adalah realitas dalam penjabaran ini dimaksudkan
untuk Tuhan sebagai Realitas Tertinggi serta manusia sebagai bagian dari realitas itu. Dalam hal ini Kesenian sintren sebenarnya bisa dikatakan sebagai tarian mistis. Hal itu dikarenakan dalam pemetasannya kesenian sintren melalui ritual pemanggilan roh atau
bidadari maupun pertunjukannya banyak bernuansa ritual magis. Kuantitas dalam realitas kesenian sintren memiliki realitas banyak, tetapi yang paling tinggi tetap satu yaitu Tuhan.

Ciri-ciri dari sifat hakiki tersebut :
bercorak transendental artinya tidak terbatas pada salah satu atau beberapa pengada tertentu melainkan mengatasi semunya. Dupan, yaitu acara berdoa bersama-sama diiringi membakar
kemenyan dengan tujuan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selama pertunjukan terhindar dari mara bahaya. Hal ini dilakukan supaya sifat pengada tersebut melakukan tugasnya dengan baik. Pengertian pengada merupakan sesuatu yang mengarahkan pengada itu kepada arti dan penghendakan pengada merupakan sesuatu yang mengarahkan pengada kepada yang bernilai. Dalam arti dan penghendakan yang benilai, kesenian sintren memiliki hal itu. Arti dan penghendakan yang bernilai terwujud dalam nilai religi. Mereka yakin bahwa permohonan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa lewat pertunjukan sintren
akan terkabul. Nilai religius nampak pada ritual dan syairnya. Pengucapan bismillah dalam mengawali pertunjukan sintren sebgai bukti konkrit pengakuan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.Kekhususan objek ontologi berakibat dalam persoalan pemakaian bahasa. Penelitian terhadap bahasa termasuk refeksi tentang pengetahuan manusia.
Bahasa adalah bentuk penyampaian yang dilakukan oleh setiap pengada atas
diri sendiri dan yang lain. Penyampaian bahasa ini dalam kesenian sintren sangat berpengaruh untuk jalannya pertunjukkan.Karena menurut kepercayaan, masyarakat lebih utama lagi kalaudipentaskan pada malam kliwon, karena di dalam keseniansintren terdapat ritual dan gerakan yang sangat berkaitan dengan kepercayaan adanya roh halus yang menjelma menjadi
satu dengan penari sintren.

hiburan. Kehadiran kesenian sintren pekalongan ini kembali di tengah-tengah masyarakat di pedesaan tersebut akan mempunyai nilai hiburan tersendiri


yang cukup tinggi di tengah-tengah  banyak hiburan yang lain yang lebih modern. Munculnya sintren garapan  juga smeakin menambah khasanah  pertujukan sintren sebagai seni yang menghibur. Unsur-unsur baru dalam kesenian sintren garapan yang mempunyai nilai keindahan merupakan sesuatu yang menghibur, seperti alur
cerita yang jelas, gerakan tari, tata panggung, penari latar maupun poperti lain dapat menyuguhkan hiburan tersendiri dalam sintren garapan.


Menurut Bakker
pengada bersifat analogal. Pendapat ini didasarkan atas anggapan bahwapada dasarnya konsep pengada berusaha mengungkapkan masing-masing taraf menurut realitasnya dan
menurut aspeknya. Setiap pengada memiliki mengada dalam komunikasi dan kebersamaan sehingga dengan konsep itu semua pengada ditangkap menurut timbal baliknya dalam hal
mengada; berlaku bagi Tuhan, manusia, hewan, tumbuhan, tanah dan lain-lain (Bakker, 1992: 257).
Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwakonsep ‘pengada’ adalah umum universal
dan sama, yakni dalam hal mengada. Konsep ‘pengada’ juga memiliki konsep pengucapan dalam hal mengadanya menurut kemandirian dan perbedaannya. Setiap pengada diungkapkan menurut mengadanya yang serba pribadi (Bakker, 1992: 259).
Konsep Kesenian Sintren Ditinjau dari Segi Metaisika Anton Bakker Berbagai penggambaran, baik tentang konsep kesenian sintren maupun model pemikiran Anton Bakker tentang persolan
Meta isika telah peneliti paparkan padabab-bab sebelumnya. meminta tanda terima kasih berupa uang ala kadarnya. Tempat yang digunakan untuk pertunjukan kesenian sintren adalah
arena terbuka. Hal ini di maksudkan agar pertunjukan yang sedang berlangsung
tidak terlihat batas antara penonton dengan penari sintren maupun pendukungnya. Lagu-lagu yang dimainkanbiasanya lagu jawa. Alat music yang digunakan, awalnya merupakan alat yang sederhana. Busana yang digunakan penari sintrenulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) . Busana kebaya ini lebih


Dan yang lebih jelasnya lagi adalah Sintren serbagai sebuah bentuk seni pertunjukan rakyat di pantai utawa Jawa Tengah dan Jawa Barat. Asal mula munculnya kesenian ini, tidak terlepas
dari sebuah cerita yang melatar belakangi kesenian ini. Ada beberapa istilah dalam
kesenian sintren. Yang pertama adalah paripurna. Yaitu tahapan menjadikan
sintren yang dilakukan oleh Pawang, dengan membawa calon penari sintren bersama dengan 4 (empat) orang pemain. Istilah yang kedua adalah balangan (Jawa : mbalang). Balangan yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka dari arah penonton ada yang melempar sesuatu
ke arah penari sintren. Yang terakhir adalah istilah temohan. Temohan adalah penari sintren dengan nyiru/tampah atau nampan mendekati penonton untukmeminta tanda terima kasih berupa uang ala kadarnya. Tempat yang digunakan untuk pertunjukan kesenian sintren adalah
arena terbuka. Hal ini di maksudkan agar pertunjukan yang sedang berlangsung tidak terlihat batas antara penonton dengan penari sintren maupun pendukungnya. Lagu-lagu yang dimainkan biasanya lagu jawa. Alat music yang digunakan, awalnya merupakan alat yang
sederhana. Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) . Busana kebaya ini lebihbanyak dipakai oleh wanita yang hidup di desa-desa sebagai busana keseharian. Sekarang ini penari sintren umunya menggunakan busana golek yang lebih
nyentrik.Nilai-nilai yang terkandaung dalam seni sintren adalah sebagai berikut nilai religuis, pertunjukan sintren merupakan budaya pra-islam yang masih menggunakan mantra dan mengundang roh halus tersebut dilakukan oleh masyarakat Pekalongan untuk bersih
desa atau memohon hujan. Nilai sosial,Dengan mengadakan latihan maka akan
tumbuh rasa kekeluargaan dan gotong royong yang kuat. Nilai keamanan dalam kesenian ini
dengan banyak warga yang ikut melihat sehigga hal ini dapat membuat mereka
pergi tidur agak malam dan keamanan menjadi lebih meningkat. Nilai seni memiliki beberapa macam, seperti: senisastra, seni tari, tata rias, seni busana, dan seni dekorasi.Nilai Hiburan, kehadiran kesenian sintren pekalongan ini kembali di tengah-tengah masyarakat di pedesaan tersebutakan mempunyai nilai hiburan tersendiri yang cukup tinggi di tengah-tengah banyak
hiburan yang lain yang lebih modern. Nilai ekonomi, pada jaman dulu memperoleh uang dari hasil tanggapan serta temongan dari penonton, namun sekarang dengan sepinya tanggapan maka uang sering diperoleh hanya dari tanggapan saja.



Sekian dari saya ya teman-teman, semoga bermanfaat dan jangan lupa like, komentar di blog saya ya teman-teman…dan satu lagi jangan lupa baca blog saya yang lainnya ya teman-teman… Terimakasih atas kunjungannya ya….


Jumat, 27 Desember 2019

-Gumulung Lebak


Salam Manis, Dian 😉



Sumber Tulisan:
● Saya
●https://media.neliti.com/media/publications/124437-ID-kesenian-sintren-sebagai-kearifan-lokald.pdf


ditulis oleh : Dian Sari
Kelas : G Manajemen 1

Komentar

Postingan Populer